Jumat, 03 Februari 2012

HARAPAN ISTERI DLM RUMAH TANGGA

Istri cerdik yang sholihat
Penyejuk mata
Penawar hati
Penajam fikiran
Di rumah dia istri dijalanan kawan
Dikala kita buntu dia penunjuk jalan
seorang calon istri, seorang perempuan, seorang akhwat, adalah juga manusia, bukan malaikat, yang tentu saja memiliki sifat manusia seperti pada umumnya.
aku percaya...bahwa Istri yang baik adalah untuk suami yang baik pula, bukankah kita termasuk mukmin yang baik? Insya Allah.

Suatu saat, Aisyah ra istri terkasih Rasulullah saw bercerita kepada suaminya, tentang sebelas perempuan yang saling berjanji untuk jujur dan tidak saling merahasiakan sesuatu pun tentang tingkah laku suaminya.

Perempuan pertama berkata, “Suamiku laksana daging onta busuk yang terletak di puncak gunung.” Kita tahu, puncak gunung itu susah untuk didaki, sekalipun daging itu sudah busuk, ia tak mudah juga diambil. Maksudnya suaminya itu sangat bakhil kepada istrinya dan akhlaknya pun sangat buruk.

Perempuan kedua bercerita, “Riwayat suamiku tak dapat aku sebutkan satu persatu. Aku khawatir berkepanjangan untuk dibicarakan. Jika aku ceritakan, aku takut bulu kuduk yang mendengarkan berdiri semua dan keringatnya pun menjadi bercucuran.” Ia memberi isyarat betapa kasar dan mempunyai banyak aib suaminya itu. Cerita itu bisa membuat pendengarnya jengkel dan mengeluarkan keringat dingin.
 
Yang ketiga bercerita, “Suami saya sangat cerewet. Kalau saya bicara, ia jatuhkan thalaq. Kalau saya diam saja, ia biarkan saya terkatung-katung.” Sang suami memang tak mau ditunjukkan kesalahannya. Ia bisa menceraikan sang istri bila sang istri berani mengkritiknya. Tetapi bila sang istri diam saja, ia sendiri yang akan mengalami kesusahan.

Yang keempat menuturkan, “Suami saya ibarat hawa Tihawah. Tidak panas tapi tidak dingin, tidak menakutkan juga tidak membosankan.” Suaminya datar-datar saja.

Yang kelima berkata, “Suami saya kalau di rumah ibarat daun si malu-malu, tetapi kalau sudah keluar rumah seperti singa dan tak perlu ditagih apa yang dijanjikannya.” Inilah tipe suami yang malas, cuek dan tak mau tahu urusan rumah tangga bila di rumah, tetapi bila berada di luar rumah ia gesit dan berani.

Yang keenam berkata, “Suami saya kalau makan rakus, kalau minum tak pernah bersisa, kalau tidur tak berganti pakaian dan tak pernah membuka telapak tangannya supaya ketahuan penderitaannya.” Suami tipe ini sangat suka menyimpan rahasia, ia tak ingin urusannya diketahui orang lain dan tak mau juga menceritakan penderitaannya.

Yang ketujuh berkata, “Suami saya tukang pukul, pandir, semua sifat jelek ada padanya. Ia suka melukai kepalamu, badanmu atau kedua-duanya.”

Yang kedelapan berkata, “Suami saya kulitnya halus laksana bulu kelinci dan wangi laksana bunga melati.”

Yang kesembilan berkata, “Suami saya rumahnya besar, pedangnya panjang, asap dapurnya tak pernah berhenti dan pintu rumahnya selalu terbuka.”

Yang kesepuluh berkata, “Suamiku adalah raja, bahkan lebih dari itu. Ia punya onta lebih banyak di kandang dan jarang keluar. Kalau mendengar suara genderang, onta-onta itu sudah merasa akan mati.” Maksudnya, suaminya ini sangat menghormati tamu dan selalu tersedia jaminan bagi tamunya.

Yang kesebelas berkata, “Suamiku ibarat Abu Zar”. Siapakah Abu Zar itu? Yaitu orang yang telinganya sarat dengan hiasan dan ototnya kekar. Ia pandai menyenangkanku dan aku pun dapat menyenangkannya. Ia menyusul aku ke padang rumput dengan susah payah, lalu ia berhasil menjadikan aku memiliki kuda, onta, tepung dan penggilingan. Bila di sisinya, aku suka berbicara dan tak pernah mencelanya. Aku enak tidur siang dan makan dengan santai.---ini yang sesuatu banget ^_^

Subhanallah, sejarah telah mencatatkannya untuk kita. Betapa sesungguhnya, setiap manusia mempunyai harapan, keinginan dan cita-cita. Begitu pun seorang istri. Ia membutuhkan ruang, waktu dan teman untuk berbagi, menumpahkan keinginan, menceritakan keadaan diri dan suaminya, agar ia tahu, ia tidak sendiri. Agar ia mempunyai keyakinan bahwa setiap orang memiliki harapan dan cita-cita untuk hidup yang lebih baik.

Begitulah rumah tangga, ia adalah kombinasi sabar dan syukur, kombinasi berbagi dan menerima, kombinasi ketergantungan dan kemandirian, kombinasi  tawa dan tangis, kombinasi saling bantu dalam biduk ketentraman. Begitulah rumah tangga, skala penambahan ibadah yang tak pernah ada batasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar